Penduduk seluruh dunia benar-benar ditantang. Untuk lebih saling menjaga, untuk meredam penyebaran virus Covid-19. Berdiam di rumah, menghindari keramaian. Begitu banyak hal jadi batal atau tertunda, sampai waktu yang semoga tidak selama yang dikhawatirkan.
Mencari hiburan jadi sesuatu yang menantang pula. Tidak ada film baru. Dan film baru dalam beberapa bulan ke depan juga tertunda. Tidak ada tontonan olahraga. Tidak ada Formula 1, MotoGP, sepak bola, basket, balap sepeda, dan lain-lain.
Membaca berita? Belum tentu sesuatu yang menyenangkan. Apalagi di era media sosial yang penuh jebakan saat ini. Saya sendiri lebih suka membaca berita-berita dari sumber utama di Amerika Serikat. Seperti USA Today, yang sudah jadi bacaan saya sejak zaman kuliah. Karena lebih matang jurnalistiknya, lebih tenang penyajiannya, lebih bijak penyampaiannya.
Misalnya ketika ada korban meninggal di Amerika. Media beneran di Amerika akan menyampaikannya dengan bijak, menjelaskan kalau korban sudah memiliki masalah kesehatan sebelum terkena virus Covid-19.
Tapi, ini virus era media sosial. Saya menolak melihat foto-foto atau video-video kiriman orang via WA. Di era sekarang ini, filter kebenaran adalah diri kita sendiri. Belum tentu benar, mungkin lebih berniat menghasut atau menimbulkan kekacauan. Dan sekarang ini banyak orang yang hobinya berkicau di media sosial. Mencari eksistensi.
Ada teman-teman saya yang menghadapi situasi sekarang ini dengan tenang. Mencoba hidup senormal mungkin. Tentu, ada pula yang benar-benar heboh. Menanggapi situasi ini seakan-akan kita sedang hidup dalam dunia Resident Evil atau World War Z. Di mana orang yang terinfeksi akan segera berubah menjadi zombie, lalu berkeliaran di jalan mencari mangsa orang-orang sehat.
Seperti dalam segala hal, saya percaya untuk berada di tengah-tengah. Middle way. Tidak boleh berlebihan menanggapi, tapi tidak boleh meremehkan.
Bagaimana pun, Covid-19 tidak akan menjadikan kita zombie. Obatnya tetap adalah diri kita sendiri. Saya paling suka membaca tentang perkembangan Tom Hanks dan istrinya, Rita Wilson, yang terinfeksi Covid-19 saat syuting film di Australia.
Hanks --aktor favorit saya-- meng-update situasinya via media sosial dengan tenang, dengan sedikit gurauan. Menyampaikan kalau dia baik-baik saja. Bahkan menyampaikan melakukan apa saja untuk menghibur diri. Membuat yang mengikutinya tenang, karena Tom Hanks tidak akan menjadi zombie.
Bicara soal menghibur diri, hari-hari ini benar-benar menjadi momen untuk menonton film-film lama. Rupanya, itu juga yang banyak dilakukan orang di seluruh dunia.
Hebohnya, salah satu film yang paling ditonton saat ini adalah Contagion. Sebuah film keluaran 2011, garapan sutradara Steven Soderbergh. Sembilan tahun lalu, film ini termasuk sukses, tapi tidak sukses heboh. Sekarang, 2020, film ini jadi heboh.
Bagaimana tidak, film ini seperti memprediksi munculnya Covid-19 saat ini. Dalam ceritanya, sebuah virus baru muncul dari kawasan Tiongkok, kemudian meluas ke seluruh dunia dan membunuh begitu banyak orang.
Pemerintah di seluruh dunia lantas bekerja keras untuk mengontrol pandemi. Sempat muncul kehebohan, kerusuhan, dan lain sebagainya. Banyak orang berkorban untuk mengatasinya. Banyak orang berusaha mendapatkan keuntungan dari situasi ini. Seluruh dunia lantas berkolaborasi untuk mengatasinya.
Wawancara dengan Soderbergh, yang dilakukan pada 2011, lantas kembali muncul. Dan isinya cukup membuat kita tertegun sekarang. Soderbergh, yang berbicara dengan begitu banyak pakar kesehatan dalam menyiapkan film ini, menyebut ada beberapa hal yang dia dengar dan membuatnya sangat khawatir. "Pertama, semua orang yang saya ajak bicara mengatakan bahwa kita sudah waktunya mengalami 'kejadian besar," ucapnya.
Sembilan tahun kemudian, itu terjadi.
Harus diingat, Contagion dirilis sembilan tahun lalu. Waktu itu internet sudah luar biasa., Juga sudah ada media sosial, tapi belum sedominan sekarang. Elemen internet dan media sosial ini ikut di-eksplor di film tersebut.
Saat berbagai pihak sedang bekerja keras mengatasi penyebaran virus dan cara pengobatannya, berbagai berita bermunculan menyebutkan berbagai hal. Termasuk gosip-gosip tentang adanya obat atau vaksin di negara tertentu.
"Apakah kamu percaya Internet?" tanya seorang tokoh utama.
"Entahlah," jawab rekannya di film.
Dan, salah satu "tokoh jahat" di film ini bukanlah orang pemerintah atau perusahaan tertentu. Salah satu "tokoh terjahat" di film ini adalah seorang influencer. Yang terus menyampaikan adanya konspirasi, bahkan melakukan hoax dengan mengatakan dirinya sembuh karena metode pengobatan tertentu. Influencer itu menyebarkan "penyakit" yang lebih kejam dari virusnya!
Alangkah relevannya itu di tahun 2020 ini!
Lalu, pada ending film tersebut, kemudian disampaikan bagaimana virus di film itu bermula. Penggundulan hutan memaksa pindahnya sekelompok kelelawar ke dalam sebuah kandang babi. Seekor kelelawar makan pisang, tapi kemudian menjatuhkan sebagian ke lantai kandang babi. Seekor babi memakan pisang itu, kemudian babi itu dipotong untuk disuguhkan di restoran.
Koki restoran menyentuh babi tersebut, TIDAK MENCUCI TANGAN, lalu bersalaman dengan karakter Gwyneth Paltrow yang berkunjung di sana. Penyakit pun terus berlanjut menyebar ke berbagai penjuru dunia...
Pada dasarnya, dunia ini penuh dengan sebab akibat. Kembali ke ulah manusia sendiri...
Anyway, hidup kita akan agak aneh dalam beberapa pekan ke depan. Janganlah panik. Virus Covid-19 tidak akan menjadikan yang terinfeksi menjadi zombie. Jaga kesehatan, tingkatkan ketahanan.
Semoga pandemi ini segera membaik, hidup kembali normal. Dan, pelajaran hidup paling utama yang harus terus diulang dan diulang: JANGAN MALAS MENCUCI TANGAN! (azrul ananda)