Akhirnya, tontonan yang paling saya tunggu-tunggu segera dimulai. Akhir pekan ini (3-5 Juli), musim Formula 1 2020 resmi dimulai di Austria.
Sejauh ini, baru ada delapan lomba dijadwalkan. Beberapa lainnya menyusul menunggu perkembangan situasi pandemi. Bagi saya no problem, yang penting balapan dimulai.
Plus, saya punya rasa penasaran tambahan: Bagaimana F1 akan mensiasati situasi pandemi, apa saja prosedur yang mereka lakukan untuk memastikan keamanan dan keselamatan semua personel yang terlibat.
Bagi yang kurang memperhatikan manajemen olahraga dan event, F1 termasuk puncaknya puncak, hebatnya hebat. Segala detail selalu diperhatikan. Segala prosedur selalu mendetail. Wajar, mengingat tim-timnya bisa menghabiskan triliunan rupiah per musim untuk mengejar waktu sepersekian detik!
Nah, puncaknya puncak dan hebatnya hebat itu sudah terjadi sebelum pandemi. Di tengah pandemi, hebatnya F1 akan menjalani ujian. Sekaligus menjadi acuan banyak even olahraga dunia lain.
Bisa juga menjadi pelajaran, bagi liga-liga olahraga yang selama ini tidak pernah memikirkan detail, dan terkesan asal-asalan dalam membuat keputusan.
Pihak regulator balap mobil dunia, FIA, juga sudah bekerja secara detail. Mereka sudah merilis panduan untuk semua seri balap mobil di tengah pandemi ini. Tebalnya 74 halaman, berjudul Return to Motorsport: In the context of the Covid-19 pandemic.
Dari panduan itu, F1 lantas menerjemahkannya untuk keperluannya yang mungkin jauh lebih mendetail lagi. Tim-tim peserta lantas mungkin melakukan langkah-langkah yang lebih jauh lagi mendetailnya.
Tentu tidak mungkin dibahas semua isi 74 halaman itu di tulisan ini. Saya juga sudah tidak aktif meliput F1, jadi sudah lama tidak sibuk mempelajari ratusan halaman regulasi yang dirilis di setiap awal musim.
Seperti apa penerapannya ketika lomba di Austria berlangsung akhir pekan ini, kita juga masih harus memperhatikannya lebih lanjut.
Tapi, saya bisa memberi gambaran kasar (yang sudah termasuk detail), seperti apa berlangsungnya balapan F1 di tengah pandemi ini.
Yang pertama, dan ini sudah pasti, tidak ada penonton di sirkuit. Bagi F1 ini bukan kendala utama. Pemasukan utama mereka adalah dari hak siar televisi. Dan selama ini, pemasukan tiket juga bukan untuk F1, melainkan untuk promotor lokal (termasuk sirkuit).
Mereka tentu ada kesepakatan khusus dengan pihak sirkuit, supaya masih sama-sama win-win. Dan uang yang beredar dari hak siar itu masih sangat besar untuk membuat situasi masih bisa win-win.
Karena tidak ada penonton, maka tidak ada pula undangan-undangan khusus (VIP). Benar-benar hanya personel tim dan F1 dan FIA yang datang di sirkuit, fokus bekerja.
Jumlah personel ini juga sangat dibatasi. Bila biasanya sebuah tim bisa membawa sedikitnya 130 personel ke sirkuit, sekarang dibatasi maksimal 80 orang. Dari jumlah itu, 60 punya fungsi teknis. Sisanya seminimal mungkin staf marketing, media, dan lain-lain.
Semua juga harus menjalani tes Covid-19 sebelum berangkat. Juga harus menjalani tes setiap lima hari sekali. Kabarnya harus memakai PPE begitu tiba di bandara, saat penerbangan, sampai di tujuan. Begitu tiba, harus tinggal di dalam bubble alias gelembung. Terisolasi dari dunia luar. Hanya boleh di sirkuit dan hotel yang sudah ditentukan. Dan selalu menggunakan masker.
Ketika di sirkuit, "pertemuan" antara personel satu tim dengan yang lain juga sangat dibatasi. Bahkan, sejumlah tim akan memisahkan personel di dalam tim itu sendiri. Menurut Laurent Mekies, sporting director Ferrari, akan ada "bubble di dalam bubble." Di timnya, itu berarti kru yang bekerja pada mobil Sebastian Vettel akan dipisahkan dengan tim yang bekerja untuk mobil Charles Leclerc.
Karena adanya gelembung itu, maka akan ada pemandangan sangat beda di paddock sirkuit. Biasanya, kalau balapan di Eropa, tim-tim akan menurunkan "kantor berjalan" masing-masing. Motorhome-motorhome raksasa dan megah, tempat personel dan tamu berinteraksi. Dalam situasi pandemi, ini dilarang.
Tim-tim harus bekerja menggunakan fasilitas sirkuit yang ada. Menambahkan tenda-tenda besar di belakang garasi masing-masing. Toh, jumlah personel berkurang banyak. Toh, tidak ada penonton dan tamu VIP. Toh, tidak ada banyak media diperbolehkan datang. Kalaupun ada wakil media, mereka juga dipisahkan di gedung berbeda. Wawancara dilakukan secara virtual.
Bahkan personel katering juga bekerja berbeda. Pengantar makanan atau bahan makanan tidak boleh keluar masuk paddock. Disediakan tempat drop off, tempat personel tim mengambilnya di luar paddock.
Selain makanan, distribusi ban dari Pirelli juga tidak segampang dulu. Sekali lagi, disediakan tempat drop off tempat personel tim bisa mengambil. Untuk menghemat biaya, tim-tim tidak boleh lagi memilih jenis ban sendiri-sendiri. Semua ditentukan oleh F1 dan Pirelli.
Bagi yang suka menonton start di televisi, pemandangan tampaknya bakal sangat beda. Tidak akan ada lagi kerumunan banyak orang beberapa menit sebelum start. Tidak ada tamu-tamu, dan setiap tim hanya boleh punya maksimal 40 orang menyiapkan grid. Semakin dekat dengan start, jumlahnya dikurangi lagi menjadi maksimal 16 orang. Dengan demikian, walau pertemuan personel tim sulit terelakkan, masa bertemunya sangat dibatasi.
Peraturan ketat juga diterapkan bagi para marshal alias petugas lomba. Di Austria, normalnya bisa 350 orang. Tidak dijelaskan berapa tahun ini, tapi menurut FIA akan banyak dikurangi, sambil tetap memikirkan fungsi mereka untuk keselamatan pembalap.
Dan, yang akan kelihatan paling beda, adalah seremoni podium juara. Tiga mobil terdepan akan tetap parkir di kawasan parc ferme. Tapi tiga pembalapnya harus selalu jaga jarak. Kemungkinan, trofi juara dan sampanye sudah akan menunggu di tangga podium. Pembalap silakan ambil sendiri dan semprot-semprot sendiri di depan kamera. Karena tidak boleh ada kerumunan personel tim di depan podium.
Oh ya, setiap personel juga menggunakan app khusus untuk memonitor dengan siapa saja mereka bertemu dan berinteraksi. Just in case terjadi hal-hal yang tidak diinginkan (tes positif).
Tentu saja, segala persiapan bukanlah jaminan 100 persen. Risiko masih bisa terjadi, dan masih bisa mempengaruhi hasil lomba. Pihak F1 mengupayakan bahwa adanya tes positif tidak akan menghentikan lomba.
Tim-tim akan membawa pembalap cadangan (test driver) ke sirkuit, seandainya ada pembalap utama perlu diganti. Mekanik-mekanik atau personel ekstra juga standby, dan sudah menjalani tes Covid-19, seandainya dibutuhkan untuk segera bergabung menggantikan rekan yang sakit.
Ross Brawn, direktur motorsport F1, merasa yakin pihaknya sudah memikirkan segala detail. Aman 100 persen memang tidak mungkin, tapi mereka sudah mencoba sedetail mungkin. Ingat, semua yang tertulis di atas hanyalah cuplikan dari segala perencanaan yang telah dilakukan F1.
"Ada begitu banyak kerja sama yang kami (F1) lakukan bersama FIA. Saya sangat yakin dengan segala yang saya lihat dan dengar, bahwa kita akan mampu menyediakan lingkungan kerja yang aman," ucap mantan direktur teknik Ferrari zaman Michael Schumacher itu.
Dengan segala detail persiapan itu, saya benar-benar penasaran melihat berlangsungnya Grand Prix Austria di A1 Ring akhir pekan ini. Khususnya lomba Minggu malam WIB (5 Juli).
Anda yang penggemar balap mobil tentu juga sudah tak sabar.
Crew McLaren sebelum berangkat ke Austria.
Sementara bagi pembaca yang punya minat besar mempelajari sports management, sebenarnya ada hal besar lain yang dilakukan F1 di tengah pandemi ini. Sambil mempersiapkan segala detail untuk kelanjutan musim 2020 di tengah pandemi, mereka juga menggunakan kesempatan ini untuk berpikir jangka panjang.
Di saat masa-masa menunggu, tim-tim rajin melakukan pertemuan (virtual) untuk membahas kelangsungan masa depan F1. Sudah bukan rahasia, ini olahraga termahal di dunia. Tim-tim papan atas dengan mudah keluar biasa di atas USD 200 juta per musim. Di sisi lain, tim-tim terkecil keluar tak sampai USD 100 juta semusim.
Situasi pandemi ini sempat membuat beberapa tim repot, karena tidak ada lomba berarti tidak ada pemasukan. Ingat, pemasukan utama F1 (termasuk tim-timnya) bukanlah dari sponsor, melainkan dari hak siar TV.
Williams dan McLaren, dua tim legendaris, sempat harus mencari sokongan dana tambahan dari para investornya. Dan kedua tim itu sudah menyatakan siap menjual sebagian saham. Untuk kasus Williams, siap menjual seluruh tim.
Untuk memastikan kelangsungan masa depan, tim-tim dan F1 membuat kesepakatan hebat. Mereka akhirnya sepakat untuk menerapkan cost cap alias batasan pengeluaran mulai musim 2021 nanti. Setiap tim hanya boleh keluar duit maksimal USD 145 juta semusim.
Bagi tim-tim kecil, ini bukan kendala, karena mereka masih di bawah itu. Tapi ini memberi mereka peluang untuk lebih bersaing, karena tim-tim di atas mereka tak bisa lagi jor-joran keluar uang.
Tim-tim terbesar, seperti Ferrari, sudah siap melakukan diversifikasi supaya tidak harus mem-PHK personel yang berlebih. Karena cost cap, jumlah staf harus dikurangi secara signifikan. Mereka yang tidak lagi kebagian tugas di F1 akan ditempatkan di arena balap lain. Salah satunya mungkin adalah Indy Car. Ya, ada kemungkinan Ferrari akan turun di Indy Car.
Ini semua semakin membuat saya merasa "benar" jatuh cinta pada F1 sejak SMP dulu. Bahwa inilah seri balap/olahraga yang paling detail dalam segala hal.
Tidak sekadar bikin keputusan "pokoknya jalan." Segalanya dipikirkan dulu secara mendetail sebelum diputuskan. Dan sambil jalan, juga selalu memikirkan masa depan yang lebih panjang! (Azrul Ananda)