Saya benar-benar harus menulis tentang Pierre Gasly. Juara kejutan Grand Prix Italia di Sirkuit Monza, Minggu lalu (6 September). Saya benar-benar gatal, mungkin karena sebelumnya pernah belasan tahun menulis rutin tentang Formula 1.
Wow, lomba itu benar-benar seru. Dan menonton balapan F1 yang seru sekarang adalah sesuatu yang langka. Maklum, Lewis Hamilton dan Mercedes begitu dominan. Jujur, sampai-sampai saya berharap mereka mengalami masalah teknis. Supaya ada tim lain yang menang. Rasanya saya tidak sendiri berpikir seperti itu...
Menjelang start lomba Minggu itu, harapan saya sebenarnya tidak terlalu tinggi. Hamilton dan Valtteri Bottas benar-benar tidak tersentuh saat kualifikasi. Catatan waktu mereka jauuh di depan yang lain.
Yang serupa terjadi pada lomba sebelumnya di Belgia. Di Sirkuit Spa-Francorchamps yang biasanya menyuguhkan balapan seru, yang terjadi justru prosesi super membosankan. Hamilton tanpa saingan. Saya sampai tertidur sebelum lomba berakhir.
Di Monza, awalnya seolah Hamilton bakal melarikan diri lagi. Bottas start-nya jelek, terpuruk ke belakang. Tapi Hamilton terus menjauh ke depan.
Hiburan saya di awal lomba itu adalah duo McLaren-Renault. Carlos Sainz secara meyakinkan berada di depan. Si lucu Lando Norris berada di urutan tiga, walau harus kerja keras membendung tekanan pembalap-pembalpa lain di belakang.
Saat itu, saya bertukar pesan WA dengan sejumlah teman. Berharap Hamilton mengalami masalah, supaya McLaren bisa menang. Karena itu akan jadi berita besar. McLaren meraih kemenangan pertamanya sejak 2012.
Yang terjadi bukan sesuai harapan. Tapi tidak kalah besar dampaknya. Mobil Haas-Ferrari yang dikendarai Kevin Magnussen mengalami kerusakan, berhenti tidak jauh dari jalur masuk pit.
Safety car keluar. Normalnya, semua mobil akan masuk pit dan bisa ganti ban secara "gratis." Tidak kehilangan waktu seperti ketika pit stop normal.
Lewis Hamilton, yang memimpin lomba, masuk duluan. Tapi yang lain kebanyakan tidak ikutan. Hanya Antonio Giovanazzi (Alfa Romeo) yang ikutan. Ternyata, mereka berdua melakukan pelanggaran. Karena posisi mobil Magnussen, pit lane tertutup. Lampu merah menyala berkelip di sisi lintasan, memberi tahu pembalap bahwa pit lane tutup. Tim pasti juga diberi tahu secara elektronik.
"Penalti!" Begitu ucap saya dalam hati. McLaren bisa menang!
Yes, penalti memang dijatuhkan. Hamilton dan Giovanazzi sama-sama kena hukuman stop and go penalti selama sepuluh detik.
Eh, belum sempat penalti dijalani, mobil Ferrari yang dikendarai Charles Leclerc menghantam pagar pembatas dengan keras. Red flag. Lomba dihentikan. Semua mobil harus berbaris rapi di jalur pit. Menunggu lintasan dinyatakan bersih dan aman, lalu lomba kembali dimulai dengan standing start.
Situasi jadi lebih acak. Mereka yang belum sempat pit stop, sekarang dapat kesempatan lagi untuk "pit stop gratis." Mereka yang sempat pusing karena pit stop duluan sebelum safety car, justru dapat posisi lebih baik di depan.
Salah satunya, Pierre Gasly. Beberapa lap sebelumnya, dia sudah seperti angkat tangan. Dia melakukan pit stop saat balapan berlangsung, sehingga kehilangan banyak posisi saat safety car keluar dan yang lain dapat pit stop gratis. Tapi dengan bendera merah ini, Gasly justru ganti berada di depan.
Lomba pun kembali dilanjutkan. Setelah beberapa putaran, dan setelah Hamilton menjalani penalti, urutannya jadi lebih jelas. Gasly di depan! Dengan mobil AlphaTauri-Honda-nya yang putih cantik, dia dengan meyakinkan memimpin di depan.
Baca juga: Kembalinya F1 Fashion (Edisi Kangen F1)
Carlos Sainz harus bersusah payah kembali ke urutan dua. Tapi dengan masih banyak putaran tersisa, saya merasa Sainz punya kans mengejar Gasly, menyalipnya, dan meraih kemenangan bersama McLaren.
Lap demi lap, Sainz mendekat. Sisa satu putaran, Sainz begitu dekat. Tapi tak kuasa menyalip. Gasly menang, hanya 0,4 detik di depan Sainz!
Rekaman radio keduanya begitu menyentuh hati. "Oh my God!" teriak Gasly. "Tahukah kalian apa yang baru kita lakukan? Oh my God!" teriaknya.
Radio Sainz juga emosional. Dia begitu menginginkan kemenangan ini. Dia tahu betul, kesempatan untuk menang tidak bisa sering datang. "Begitu dekat, tapi juga begitu jauh," ucap pembalap Spanyol ini.
Usai lomba, di podium, Gasly masih terlihat seperti tidak percaya. Duduk merenung di podium, di sebelah pialanya.
Ya, kemenangan ini memang sangat sulit dipercaya. Pierre Gasly jadi juara! Menjadi pembalap Prancis pertama yang menang sejak 1996, saat Olivier Panis meraih kemenangan di Monaco naik mobil Ligier. Balapan 1996 itu juga "aneh," banyak yang tidak finis karena hujan dan kecelakaan. Saya ingat betul balapan itu, karena waktu itu saya "patah hati," jagoan saya Jean Alesi mobil Benetton-nya rusak saat memimpin!
Pierre Gasly menang naik AlphaTauri. Yang seharusnya "papan bawah." Ini tim dulunya bernama Minardi, tim juru kunci "kesayangan" penggemar F1. Tim itu dibeli oleh Red Bull, diberi nama Toro Rosso, dan sekarang jadi AlphaTauri ketika Red Bull mendirikan merek fashion tersebut.
Kemenangan ini mengingatkan kembali pada 2008. Juga Grand Prix Italia. Juga di Monza. Waktu itu, Toro Rosso secara mengejutkan meraih kemenangan. Lewat Sebastian Vettel yang masih muda, waktu itu jadi juara termuda.
Keajaiban ternyata memang bisa terjadi, walau kadang harus menunggu 12 tahun sebelum terulang kembali!
Kembali ke Gasly. Pembalap 24 tahun ini benar-benar menjalani 18 bulan yang roller coaster. Naik turun sangat ekstrem. Pada pertengahan 2019 lalu, dia ditendang dari tim utama Red Bull karena dianggap tidak perform. "Didegradasi" ke Toro Rosso/AlphaTauri, digantikan oleh Alex Albon.
Ada beberapa pembalap yang kalau dibegitukan biasanya langsung berantakan performanya. Tapi tidak Gasly. Dia menunjukkan ketabahan dan ketangguhan. Tetap memberikan yang terbaik untuk Toro Rosso, berbuntut sukses meraih podium di penghujung 2019.
Tahun ini, tersembunyi di belakang dominasi Mercedes, Gasly sebenarnya termasuk yang paling konsisten.
Tapi, sebelum masa paling indah, dia kembali harus menjalani dulu masa buruk satu lagi. Agustus lalu, setelah menjalani tiga lomba berturut-turut dalam tiga pekan, dia mendapati rumahnya di Prancis dalam kondisi acak aduk. Rumahnya dirampok!
"Sebagian orang benar-benar tidak punya nilai, tidak punya rasa hormat, dan sangat layak dibenci!" katanya.
Lagi-lagi, bencana itu tidak mempengaruhi performanya di lintasan. Dia terus memberikan yang terbaik. Tuhan Maha Adil. Segala kehilangannya dibalaskan dengan kemenangan terindah.
"Oh my God!" benar-benar respon terbaik, menurut saya.
Selamat untuk Gasly. Semoga ini jadi pertanda masa depan yang cemerlang. Bagi saya, kemenangan ini terus menjaga cahaya semangat untuk terus setia mengikuti F1. Bahwa hasil-hasil ajaib masih bisa terjadi.
Lebih penting lagi, kemenangan ini menunjukkan bahwa masa depan F1 masih bisa sangat cerah. Ada begitu banyak pembalap muda hebat yang siap meramaikan F1, pasca era Lewis Hamilton nanti.
Ada Gasly, ada Max Verstappen, ada Carlos Sainz, ada Lando Norris, ada Charles Leclerc, ada Alex Albon, ada George Russel, dan lain-lain. Mereka, tampaknya, adalah generasi emas F1 selanjutnya!(azrul ananda)