Saya punya hiburan baru di tengah situasi pandemi yang masih tidak menentu ini. Liga olahraga terbesar di Amerika (dan sebenarnya di dunia), NFL alias National Football League, kembali bergulir sejak Kamis pekan lalu (10 September). Tim favorit saya, tim juara bertahan Kansas City Chiefs, menjamu Houston Texans. Chiefs menang meyakinkan 34-20.
Hari itu (Jumat pagi WIB), saya menonton bersama istri. Kebetulan dia jadi ikutan suka nonton American Football. Ngefans dengan quarterback Chiefs, Patrick Mahomes. Alangkah syoknya istri saya ketika saya beri tahu, Mahomes baru saja meneken kontrak terbesar dalam sejarah olahraga. Yaitu 503 juta dollar AS selama sepuluh tahun.
Ya, 503 juta dollar AS. Kalau dirupiahkan kurs sekarang Rp 7,463 triliun! Lumayan untuk pemain yang baru berusia 24 tahun.
Saya benar-benar memperhatikan game itu. Juga game-game pekan pembuka lain. Bukan untuk menonton pertandingannya. Melainkan bagaimana suasana pertandingan NFL di tengah pandemi, dan bagaimana siaran televisi mensiasatinya.
Harus ditegaskan, NFL itu benar-benar yang terbesar di Amerika. Liga olahraga lain seperti NBA tidak ada apa-apanya. Satu pertandingan dengan mudah disaksikan lebih dari 70 ribu orang.
Setiap tim juga besar sekali jumlahnya. Yang main di lapangan hanya 11, tapi pemain yang dikontrak bisa di kisaran 50 orang. Karena terpisah antara offense, defense, serta special team. Belum lagi coaching staff dan pendukung lainnya. Seperti sirkus besar.
Dan NFL musim baru ini memang dalam situasi darurat. Hampir semua tim akan tampil tanpa penonton. Hanya beberapa yang diberi izin, mengikuti aturan lokal masing-masing. Chiefs termasuk yang "beruntung." Boleh punya penonton walau hanya 25 persen dari kapasitas Arrowhead Stadium (maksimal 77 ribu).
Karena masih ada penonton, teriakan penonton masih terdengar riuh di tayangan langsung. Yang "lucu" adalah tim-tim yang tanpa penonton. Karena broadcaster (TV sana) menggunakan rekaman suara penonton untuk "menjaga kenikmatan" tayangan.
Lebih dari itu, yang saya perhatikan lagi adalah protokol kesehatannya. Dan NFL punya protokol yang luar biasa ketat, luar biasa "mahal," dan kalau mau menyimak tebalnya 71 halaman!
Sebagai pelaku industri olahraga yang rutin geleng-geleng kepala dengan situasi di negeri sendiri, saya selalu penasaran dengan protokol liga-liga di negara maju itu. Siapa tahu, sebenarnya bisa diaplikasikan di sini.
Tahukah Anda, kalau setiap pemain NFL (serta staf terkait) harus menjalani tes Covid-19 setiap hari? Ya. SETIAP HARI. Kecuali saat hari pertandingan. Ini hasil kesepakatan manajemen liga bukan hanya dengan pengelola tim, tapi juga dengan asosiasi pemain.
Liga lantas menetapkan personel apa saja yang harus dites setiap hari itu. Akhirnya diputuskan, dari total 32 tim peserta, ada 8.349 personel yang harus dites setiap hari. NFL mengumumkan, antara 30 Agustus hingga 5 September saja, mereka melakukan tes sebanyak 44.510 kali! Hasil tes periode itu: Hanya delapan positif. Satu pemain dan tujuh personel.
Angka luar biasa. Namun, NFL merasa masalah siap menerpa kapan saja. Angka di atas itu sebelum musim dimulai. Saat satu tim belum bertemu yang lain. Sangat mungkin, ketika musim dimulai dan tim mulai traveling dan berinteraksi dengan yang lain, masalah besar bisa muncul.
Karena itulah kenapa ditegaskan harus tes setiap hari. Keculai Hari H pertandingan. Para pemain juga menggunakan gelang untuk contact tracing, jadi kalau ada yang positif, maka bisa dengan cepat diketahui dia berinteraksi dengan siapa saja dalam beberapa hari terakhir.
Dengan cara ini, NFL bisa mengantisipasi pula terjadinya false positive. Yaitu tes positif yang ternyata error. Misalnya hari-hari sebelum pertandingan diketahui positif, maka dia bisa segera tes lagi. Kalau hasilnya ternyata negatif dua jam sebelum pertandingan, maka dia masih boleh bertanding.
Protokol travelingnya tentu sangat ketat. Kalau away, tim datang ke kota lawan hanya sehari sebelum pertandingan. Semua lantas masuk hotel dan menjalani karantina ketat. Selama di hotel pergerakan diawasi ketat. Ke lobi pun dilarang. Fasilitas gym hotel diblok khusus untuk mereka, tamu lain tidak boleh menggunakan.
Tim tuan rumah pun kena aturan serupa. Harus masuk hotel dan karantina sehari sebelum pertandingan.
Karena NFL liga superkaya, dan klub-klubnya superkaya, tentu mereka terbang pakai pesawat charter sendiri-sendiri. Liga juga sudah menyiapkan pesawat charter terpisah. Jadi andai ada pemain atau personel yang positif, mereka bisa dipulangkan secara terpisah.
Untuk memastikan prosedur kesehatan ini berjalan lancar, NFL bekerja sama dengan BioReference Laboratories yang berkantor pusat di New Jersey. Mereka bagian dari jaringan Opko Health Company, yang memiliki laboratorium dan fasilitas testing di seluruh penjuru Amerika.
Perusahaan yang sama dipakai oleh NBA untuk mengawasi lanjutan musimnya di Orlando dalam beberapa pekan ini, dan beberapa pekan ke depan.
Kenapa pakai perusahaan itu? Karena NFL (dan liga besar lain) tidak ingin mengganggu atau menambah beban staf medis di kota-kota tim peserta. Mengingat semua dalam kondisi tertekan, begitu terbebani oleh beratnya perang melawan pandemi ini. Akan sangat konyol apabila sebuah liga besar harus membebani sistem masyarakat yang sedang tertekan.
Sekali lagi, NFL tetap membuka kemungkinan masalah besar akan terjadi. Dr Allen Sills, chief medical officer NFL, menegaskan bahwa prosedur tes yang ketat hanyalah satu bagian kecil dari upaya memastikan musim ini berjalan baik dan lancar.
Bagaimana pun, yang utama adalah pencegahannya. Dan itu sangat tidak mudah. Lebih dari 8.000 pemain dan personel itu harus aktif mengenakan masker (saat tidak di stadion bertanding), berupaya selalu menjaga jarak, dan selalu mengawasi gejala-gejala sakit.
"Tes adalah bagian penting dari sistem keseluruhan kami. Tapi tes hanyalah satu bagian dari sistem itu. Kami harus selalu menegaskan kepada semua orang di dalam ekosistem kami --pemain, pelatih, staf, dan siapa saja-- bahwa tes saja tidak cukup untuk membuat kita aman," tegas Sills seperti dilansir Washington Post.
Kalau melihat di tayangan, para staf di pinggir lapangan memang ada yang pakai masker atau face shield. Karena mereka selalu berada di dalam lingkungan yang sama, tentu tidak selalu mengenakannya. Tapi, beberapa kota, termasuk San Francisco, punya aturan lebih ketat. Mewajibkan semua orang yang tidak sedang bertanding untuk mengenakan masker.
Andy Reid pelatih Chiefs bersama Patrick Mahomes saat game pembuka NFL 2020.
Itu yang kelihatan di tayangan. Seperti diucapkan Sills, yang menakutkan adalah yang terjadi saat tidak pertandingan. Masalah-masalah bisa terjadi, dan kemungkinan besar akan terjadi.
Setiap tim tentu berupaya untuk menjaga situasi masing-masing sebaik mungkin. Pemain harus mengikuti protokol-protokol secara ketat. Apalagi ini dengan kesepakatan bersama asosiasi pemain. Jadi pasti akan ada penalti finansial kalau "kebandelan" mengakibatkan terjadinya positif yang merugikan tim.
Di NFL, potensi kebandelan itu tentu sangat besar. Wong di NBA yang semua tim dikarantina di satu kawasan saja masih masalah. Apalagi di liga yang melibatkan lebih dari 8.000 orang dan harus keliling ke seluruh Amerika.
Baru-baru ini, contoh "kebandelan" itu melanda tim NBA Houston Rockets. Di tengah persaingan playoff melawan Los Angeles Lakers, ada pemain kunci mereka, Danuel House, yang harus didepak dari Orlando karena melanggar protokol. Rupanya, House mengizinkan "tamu" masuk ke dalam kamarnya selama beberapa jam (saya kira Anda bisa menginterpretasikan itu tamu model apa).
Gara-gara itu, House tidak boleh main. Rockets kekurangan pemain kunci. Di atas kertas, Rockets memang tidak diunggulkan melawan Lakers. Tapi mereka lantas kalah lebih mudah dari yang semestinya.
Apa yang terjadi di NBA itu tentu sangat ditakuti oleh tim-tim NFL. Apa yang saya rangkum di atas hanyalah gambaran besarnya. Detail protokolnya masih jauh lebih ribet.
Secara liga, NFL sangat mampu melakukan itu. Perputaran uang utama tim-timnya tidak bergantung pada penonton. Melainkan pada hak siar, hak komersial, yang pembagiannya sangat mencukupi dan terkelola dengan baik oleh manajemen liga.
Walau perlu ditegaskan lagi, dilawan pakai uang pun masalah belum tentu akan terhindar.
Sekarang bayangkan kalau liganya tidak sekaya NFL, tidak seprofesional NFL, dan sering plinplan dalam membuat keputusan dan penjadwalan...(Azrul Ananda)