Anak juara dunia, anak salah satu yang terbaik dalam sejarah, mungkin sebaiknya memang harus memulai dari "bawah". Mick Schumacher, anak dari juara dunia tujuh kali Michael Schumacher, tahun 2021 ini bakal mengawali karirnya di Formula 1. Pembalap 21 tahun itu bergabung di tim papan bawah Haas-Ferrari.
Dan memulai dari tim papan bawah mungkin adalah yang terbaik untuknya!
Dengan nama belakang "Schumacher," mau tidak mau, suka tidak suka, Mick bakal mendapatkan sorotan ekstra. Banyak penggemar ayahnya dulu mungkin akan langsung menjadi pendukungnya. Lalu, banyak penggemar kasual F1 akan kembali memberi perhatian.
Di mana ada sorotan, di sana ada ekspektasi. Apalagi, prestasi Mick sebelum masuk F1 termasuk baik. Dia pernah juara Formula 3 (2018) dan Formula 2 (2020). Dia juga berstatus sebagai pembalap binaan Ferrari, tim yang pada awal 2000-an dulu mendominasi F1 bersama ayahnya.
Nah, cara terbaik untuk menjaga ekspektasi? Ya dengan memulai dari tim kecil. Sehingga dari awal ekspektasi langsung terjaga. Bahkan bisa diturunkan. Mick tidak akan langsung dituntut menang. Bisa dapat poin saja sudah menyenangkan. Ia tidak akan disalahkan...
Sejarah juga menunjukkan kalau ini langkah jitu.
Sang ayah dulu juga mengawali seperti ini. Pada 1991, Michael Schumacher menjalani debut dengan Jordan-Ford. Jordan waktu itu adalah tim baru. Kebetulan tim itu memang langsung moncer. Dan karena Schumacher langsung moncer di lomba pertamanya, pada lomba kedua ia langsung dicomot Benetton-Ford. Sukses demi sukses mengalir dari sana.
Oke, itu memang bukan perbandingan apple to apple. Dulu tidak ada yang kenal nama Schumacher. Kalau mau yang lebih apple to apple, mungkin adalah legenda yang lain. Seorang Ayrton Senna da Silva.
Ayrton Senna memulai debutnya di F1 pada 1984. Saat itu, Senna mungkin punya opsi untuk langsung gabung dengan tim nama besar, baik untuk langsung balapan atau untuk jadi cadangan dulu. Tim-tim yang sudah berhubungan adalah Williams, McLaren, Lotus, dan Brabham.
Tapi, Senna ingin masuk F1 dengan caranya sendiri. Dia yang mendikte. Bukan tim yang mendikte. Dipilihlah tim kecil bernama Toleman, dengan suplier mesin yang juga independen, Hart. Dalam perjalanannya, tim ini berevolusi menjadi Benetton (lalu Renault). Tapi waktu itu Toleman masih sangat kecil.
Naik Toleman, ekspektasi tidaklah tinggi. Senna pun dengan mudah melampaui segala ekspektasi itu. Bahkan nyaris menang saat hujan membasahi balapan di Monaco. Namanya melonjak. Tahun depannya dia gabung Lotus, menang beberapa kali. Lalu gabung McLaren, juara dunia beberapa kali...
Mick Schumacher, dengan bergabung di Haas, akan bisa berkembang sesuai kemampuan alami secara lebih tenang. Tidak ada yang menuntutnya untuk menangm, tidak ada yang memaksanya harus naik podium. Dia bisa "belajar" semua sirkuit, belajar semua hal kecil-kecil di F1, tanpa harus pusing mengejar kemenangan.
Apalagi Haas ada kemungkinan bakal jadi tim kesepuluh dari total sepuluh peserta. Dana tim ini sangat terbatas, harus mengandalkan dana sponsor dari Rusia, dari ayah rekan setim Mick nanti: Nikita Mazepin.
Haas juga dari awal sudah menegaskan tidak akan mengembangkan mobil mereka sama sekali tahun ini. Dan mobil 2021 itu pada dasarnya sama dengan mobil 2020. Ini sesuai regulasi F1 di era pandemi. Agar semua tim bisa hemat biaya di tengah potensi krisis, maka basic mobil 2020 harus dipertahankan untuk 2021.
Haas terang-terangan sudah bilang, kalau mereka akan mengalokasikan semaksimal mungkin dana untuk mobil 2022. Mengingat tahun depan akan ada banyak perubahan regulasi di F1.
Dengan kenyataan ini, memang sempat banyak penggemar F1 bertanya. Sebagai anak didik Ferrari, kenapa Mick tidak ditaruh di Alfa Romeo saja, yang berpotensi memberi peluang lebih baik untuk mendapatkan poin.
Kalau dipikir-pikir, memang bisa saja begitu. Ekspektasi orang terhadap Alfa Romeo juga tidak terlalu tinggi. Tapi, kalau dipikir lebih dalam, dua-duanya sama-sama tanggung. Mungkin memang lebih baik sekalian ikut yang paling lemah saja!
Dan lagi di Alfa Romeo ada mantan juara dunia Kimi Raikkonen. Ada pembanding yang bisa mengancam reputasi Mick. Di Haas, pembandingnya adalah Nikita Mazepin. Sama-sama rookie, dan Mick sudah pernah mengalahkannya secara konsisten di ajang menuju F1.
Memulai dari tim bawah, dan mungkin tim terbawah, merupakan langkah karir yang strategis untuk seorang anak Michael Schumacher.
Sekarang, tinggal bagaimana Mick menggunakan kesempatan ini sebaik-baiknya. Tidak menyia-nyiakannya. Mick sendiri seharusnya tidak akan membuang jalan ini begitu saja. Di usia 21 tahun, dia sudah punya reputasi sebagai "pelajar" yang baik dan pekerja keras.
Mick tidak pernah menghindar dari kenyataan bahwa dia anak Michael Schumacher. Dia bangga dengan ayahnya, dan namanya. "(Nama) itu seperti memberi motivasi untuk bekerja semaksimal mungkin setiap hari," katanya seperti dikutip Motorsport Week.
Kiprah resmi Mick bisa kita amati mulai sesi uji coba resmi pertama F1 2021, di Bahrain, 12-14 Maret nanti. Grand prix pertamanya di negara yang sama, pada 26-28 Maret.
Saya bisa membayangkan, akan ada begitu banyak penggemar Michael Schumacher memberi dukungan untuk Mick. Tidak sedikit mungkin akan merasa terharu.
Di Haas sendiri ternyata beberapa orang sampai menitikkan air mata ketika tahu Mick akan bergabung di situ. Hal tersebut diungkapkan oleh Guenther Steiner, bos operasional Haas. "Ada beberapa mekanik di tim kami yang dulu pernah bekerja bersama Michael di Ferrari," jelas Steiner kepada Sport Bild, "Begitu mendengar bahwa Mick akan ke sini, mereka menangis. Salah satunya bahkan memeluk saya begitu erat."
Saat Mick mulai berkiprah, tentu banyak orang bertanya-tanya, seperti apa kondisi Michael sekarang. Ia praktis sudah tidak pernah lagi terlihat sejak mengalami kecelakaan ski pada akhir 2013. Ia sempat koma begitu lama.
Kabar yang muncul beberapa waktu lalu, legenda 52 tahun itu sudah tidak lagi koma, tapi kondisi pastinya masih sangat dijaga dari sorotan publik. Satu hal yang pasti, ia tahu perkembangan karir anaknya dan pasti akan sangat memperhatikan kiprah anaknya tahun ini.
Siapa tahu, Mick akan berbuat sesuatu yang begitu istimewa, dan sesuatu yang istimewa lantas akan terjadi pada Michael Schumacher... Itu akan menjadi sebuah cerita yang sangat luar biasa! (Azrul Ananda)