Catatan
Rabuan
Azrul
Ananda

Marketing yang baik mampu menjual barang yang ada. Marketing yang luar biasa mampu menjual barang yang tidak ada. Dulu saya pernah mendengar guyonan seperti itu. Bukan bermaksud mengajari untuk menipu, tapi memang lucu juga.

Seiring perkembangan zaman, barang-barang yang "tidak ada" itu sekarang ada harganya. Bahkan bisa lebih mahal dari yang "ada."

Contoh terbaru muncul dari dunia olahraga. Dari liga basket terbesar dunia, NBA, yang berkolaborasi dengan Dapper Labs. Produk mereka, Top Shot, sekarang sedang heboh. Top Shot adalah ruang bagi penggemar dan kolektor untuk "berdagang." Membeli dan menjual "Moment" penting dari pemain yang mereka idolakan.

Tidak tanggung-tanggung, sebuah "Moment" menampilkan aksi LeBron James melakukan slam dunk harganya sekarang mencapai USD 250 ribu (sekitar Rp 3,6 miliar)!

Padahal, "Moment" itu tidak ada wujud fisiknya. Hanya berupa sebuah klip video singkat. Pembeli juga tidak memiliki hak intelektual klip video tersebut. Jadi tidak bisa menjualnya di luar Top Shot. Hanya bisa menjualnya lagi kepada pemakai Top Shot yang lain. Dan kalau mau, klip itu sebenarnya dengan mudah bisa kita temukan secara gratis di YouTube!

Masih bingung?

Mari kita bicara soal barang koleksian konvensional. Kebetulan, saya termasuk kolektor banyak hal. Mulai dari miniatur mobil Formula 1, berbagai action figure (khususnya Star Wars), sepatu, hingga sekarang sepeda.

NBA Top Shot, pada dasarnya, adalah bentuk virtual dari mengoleksi kartu pemain basket. Prinsipnya mirip. Secara berkala, produsen kartu akan merilis paket-paket berisikan kartu pemain. Di dalam paket-paket itu, kalau beruntung, kita bisa mendapatkan kartu langka. Atau, ada kartu "biasa" yang kemudian menjadi supermahal karena pemain yang ditampilkan lantas menjadi superstar.

Kolektor bisa menjual atau menukarkan kartu-kartu itu dengan kolektor lain. Harganya bisa naik-turun tergantung performa pemain atau perjalanan hidupnya sekian tahun kemudian.

Sekarang ini, kartu yang tercatat sebagai yang termahal adalah yang menampilkan Mickey Mantle, pemain baseball. Kartu keluaran merek Topps tahun 1952 itu, harganya mencapai USD 5,2 juta. Ya, sebuah kartu harganya lebih dari Rp 75 miliar!

Dengan catatan, kondisi kartunya harus "mint." Berarti tidak pudar, tidak ada kerutan, dan terlindungi secara sempurna. Gores sedikit saja, atau kerut sedikit saja, harga bisa anjlok.

Ketika mengoleksi barang, saya berusaha menjaga kondisinya sebaik mungkin. Kalau membeli action figure atau mobil kecil Hot Wheels, maka kondisi kertas pembungkusnya harus sempurna. Tidak boleh bengkok, tidak boleh sobek. Harus utuh. Kalau tidak, percuma. Jadi, tantangannya bukan saja menemukan barang-barang itu, tapi juga menjaga kondisinya.

Dulu, sering sekali melihat orang berdebat atau berantem di toko mainan di Amerika. Karena berebut barang langka. Bahkan, sering ada berita adu jotos berebut mainan langka.

Dulu, orang rela menginap di depan mal, atau di depan toko, untuk menunggu barang baru dirilis keesokan harinya. Atau beberapa hari kemudian. Saya dulu termasuk sering antre yang seperti itu juga.

Ini zaman sebelum ada internet. Sebelum ada jastip. Semua orang harus beli sendiri, antre sendiri. Minimal, mengantrekan temannya. Bukan untuk jual beli setelah mendapatkan barangnya.

Nah, NBA Top Shot membawa semua itu ke dunia virtual.

Kartu bergambar pemain berubah menjadi sebuah kotak digital, berisikan video highlight pemain yang diidolakan. Setiap kotak digital itulah yang disebut sebagiai "Moment." Karena pemain itu masih berlaga, maka ia akan terus menghasilkan "Moment-Moment" berharga yang bisa dirilis oleh Top Shot di kemudian hari.

Ketika "Moment" itu dirilis, anggota NBA Top Shot lantas berebut atau cepat-cepatan membelinya. Karena jumlahnya terbatas dan harga orisinalnya bisa di bawah USD 10 (Rp 145 ribu), maka dia yang mendapatkannya otomatis bisa langsung mendapatkan untung di secondary market. Untung berapa, tergantung seberapa diburu "Moment" tersebut jadinya di kemudian hari.

Sekali lagi, "Moment-Moment" itu hanya bisa dibeli di dalam Top Shot. Tidak bisa dikeluarkan. Tidak bisa digunakan di tempat lain. Beda dengan kartu pemain dunia nyata, yang bisa didapatkan di Amerika tapi lantas tersimpan dengan cantik di rumah seorang kolektor di Jepang.

Dapper Labs, perusahaan asal Kanada, menggunakan teknologi blockchain, yang menjamin setiap "Moment" terlindungi secara digital. Keaslian dan kelangkaannya terjamin.

Tentu saja, sangat mudah untuk meremehkan ide dari NBA dan Dapper Labs ini. Jual-beli barang koleksian yang "tidak ada"? Emang bisa?

Nyatanya bisa! Belakangan, NBA Top Shot bisa dibilang melejit. Jumlah member yang mendaftar sudah tembus 800 ribu akun. Hampir separonya aktif bertransaksi. Total uang yang berputar di dalamnya? Sejak fase beta testing dimulai Oktober 2020 lalu, nilainya diklaim sudah tembus USD 500 juta!

Secara bisnis, perhitungannya juga sudah disiapkan sedemikian rupa. Dari setiap transaksi, NBA Top Shot mendapatkan bagian 5 persen. Hebat ya. Awalnya dapat uang dari setiap "Moment" yang dijual. Lalu ketika harganya melejit NBA Top Shot tetap dapat uang terus!

Tentu saja, bagi NBA, ini sangat menguntungkan. Di tengah tekanan ekonomi akibat dampak pandemi, liga basket itu menemukan jalur pemasukan baru. Tanpa harus menambah pertandingan, tanpa harus mencetak apa-apa. Cukup dengan mencuplik rekaman-rekaman yang sudah ada, lalu menjualnya lagi bersama Dapper Labs.

Segala pemasukan itu sudah dibagi sedemikian rupa. Sehingga Dapper Labs dapat bagian, NBA dapat bagian, dan para pemain dapat bagian melalui National Basketball Players Association (asosiasi pemain).

Dapper Labs sendiri tidak hanya bekerja sama dengan NBA. Mereka juga menyiapkan arena untuk WNBA, UFC, Warner Music Group, dan tentu yang lain akan menyusul.

Walau masih sangat dini, prospeknya sejauh ini terlihat menjanjikan. Sejumlah nama kondang sudah terjun menjadi investor di Dapper Labs. Termasuk dua superstar NBA, LeBron James dan Kevin Durant.

Kalau memang koleksi virtual ini melejit, dunia memang sudah berubah. Tidak perlu lagi ruang besar dan khusus untuk menyimpan barang koleksian berharga. Tidak perlu perawatan dan perlakuan khusus untuk memastikan kondisi barang terjaga. Yang penting selalu menang cepat klik, berani spekulasi klik, dan berharap harga "Moment" yang diklik bisa terus naik.

Saya sendiri masih belum ikutan jual beli di NBA Top Shot. Masih seru mengamati perkembangannya. Saya mungkin sudah termasuk kuno, suka dengan barang yang bisa saya lihat dan pegang. Dan karena itu saya masih menyimpan keraguan. Jangan-jangan, ke depannya arena jual-beli barang yang "tidak ada" ini tiba-tiba juga hilang seketika... (azrul ananda)

Comments (12)

Catatan Rabuan

Review The Last Dance: Cari Calo Nonton Bulls

Wow! Penggemar olahraga di seluruh dunia akhirnya dapat tontonan "wajib" di masa tanpa pertandingan ini. Serial dokument...

Kenapa Chris Paul Layak Juara

Di playoff NBA ini yang paling saya perhatikan adalah Chris Paul, point guard bintang Suns. Saya benar-benar berharap di...

Juara Membangun (Bukan Membeli)

Di sisi lain, dalam proses enam pertandingan itu, saya tumbuh mengapresiasi Milwaukee Bucks. Kotanya. Masyarakatnya. Tim...

Vaksin atau Hilang Gaji

Liga basket paling bergengsi di dunia, NBA, sedang menghadapi tantangan urutan kepentingan tersebut. Tepat menjelang ber...