Horeee. Pada kuartal terakhir 2021 ini, tontonan kesukaan lama saya kembali lagi. Seinfeld, sitkom yang aslinya tayang pada 1989-1998, sekarang bisa kembali dinikmati via Netflix. Lumayan, menjadi alternatif hiburan "beneran." Mengingat ke bioskop masih malas dan tontonan sepak bola bukan lagi menghibur, malah makin sering bikin sebal.
Dan Seinfeld ini gila luar biasa. Untuk mendapatkan hak menayangkannya secara komplet selama lima tahun, Netflix rela membayar di atas USD 500 juta, atau lebih dari Rp 7 triliun! Seluruh episode, total 180 episode, sekarang bisa ditonton secara urut.
Nilai uang yang menakjubkan mengingat serial ini sudah berakhir 23 tahun yang lalu!
Bagi milenial atau yang lebih muda, mungkin Seinfeld ini tidak dikenal. Di periode yang sama dulu, serial komedi Friends mungkin lebih mudah mengglobal karena menampilkan keseharian enam teman yang ganteng-ganteng dan cantik-cantik.
Sementara Seinfeld menampilkan empat teman yang bukan "orang baik," dengan tema atau topik tentang bukan apa-apa (nothing). Saking buruknya perilaku dan kebiasaan empat teman itu, pada episode terakhir semuanya berakhir masuk penjara. Gara-gara tidak mau menolong orang yang sedang kesusahan (dirampok), malah tertangkap kamera video justru mengata-ngatai orang yang sedang dirampok itu.
Empat orang itu: Jerry Seinfeld (nama sama dengan nama asli aktor/komediannya), Elaine Benes (Julia Louis-Dreyfus), George Costanza (Jason Alexander), dan Cosmo Kramer (Michael Richards). Semua dewasa dan single, tinggal di New York City.
Seinfeld memerankan versi fiksi dari dirinya sendiri, seorang komedian yang sukses. Orangnya rapi jali, suka gonta-ganti pasangan karena tidak tahan dengan "kekurangan-kekurangan" kecil dari setiap perempuan yang dia kencani. Tapi memiliki kemampuan observasi luar biasa terhadap hal kecil sehari-hari.
Elaine adalah editor penerbit buku, mantan pacar Seinfeld yang juga sering ganti pasangan. Agak judes, suka semaunya sendiri.
George, di atas kertas, adalah sosok menyebalkan. Berkali-kali ganti pekerjaan. Pelit, suka berbohong tentang identitas diri, juga pengecut. Tapi Jason Alexander memainkan peran begitu sempurna, kita jadi bisa menyukai karakter ini. Bahkan sampai tahun ini pun karakter itu masih jadi tema utama iklan televisi sukses di Amerika.
Terakhir, Kramer. Pengangguran abadi. Tetangga Seinfeld yang tidak pernah bekerja. Selalu "mooching" alias menjadi benalu dalam kehidupan Seinfeld.
Seperti ditulis, topiknya tentang kehidupan sehari-hari. Tentang "nothing." Episode-episode klasiknya: Sepanjang episode berjalan di dalam kawasan parkir mal yang luas, karena lupa di mana memarkir mobil. Berkutat menghilangkan bau dalam mobil, gara-gara "tertular" bau badan sopir valet yang dahsyat. Antre beli "Soup Nazi," di mana penjualnya kejam suka mengusir calon pembeli.
Yang spektakuler adalah episode "The Contest," yang disebut-sebut sebagai salah satu episode sitkom terbaik dalam sejarah. Dalam ceritanya, keempat teman ini bertaruh siapa bisa paling lama menahan diri, tidak melakukan... (silakan gugel sendiri). Hebatnya, sepanjang episode itu, mereka tidak sekalipun mengucapkan kata dari perbuatan yang dikonteskan tersebut.
Entah ada berapa banyak ungkapan, atau istilah, yang gara-gara Seinfeld sampai sekarang jadi kata-kata umum. Misalnya, ungkapan "yada yada yada" (bla bla bla). Atau istilah "double dip," di mana saat makan cemilan, kita mencelupkan keripik ke dalam saus, menggigitnya, lalu mencelupkannya lagi ke saus. Sesuatu yang "jorok" mengingat saus itu juga digunakan orang lain. Dampak Seinfeld untuk budaya keseharian di Amerika jauh mengalahkan Friends.
Sederhana, tapi pintar, intelektual, mengena, abadi.
Sejak Seinfeld kembali nongol di Netflix sejak 1 Oktober lalu, saya baru sempat menonton ulang hingga Season 3. Kelihatan memang kalau ini serial yang diputar lebih dari 20 tahun lalu. Belum ada telepon seluler. Koran masih sangat berperan penting. Gaya berpakaian masih ala akhir 1980-an, awal 1990-an. Tapi, tema-temanya banyak yang masih sangat relevan, masih sangat menggelitik sampai sekarang.
Dan seperti Friends, bahkan lebih, Seinfeld masih terus mengalirkan uang bagi Jerry Seinfeld dan teman-temannya.
Pada 1989 dulu, Jerry Seinfeld "hanya" dibayar USD 40 ribu per episode. Di season-season akhir, dia dibayar USD 1 juta per episode, plus royalti dan lain-lain. Pada 1998 saja, Seinfeld disebut mendapat bayaran hingga USD 267 juta.
Karena Seinfeld terus diputar di berbagai saluran kabel, penghasilan pasif bernilai fantastis terus dia dapatkan. Kemudian hadirlah perang streaming, di mana Netflix dan kompetitornya jor-joran membeli konten terbaik. Asal tahu saja, walau Seinfeld baru diputar di Netflix kuartal terakhir 2021 ini, kesepakatan kontrak lima tahun bernilai USD 500 juta itu sudah dibuat sejak 2019 lalu!
Uang terus mengalir, walau Jerry Seinfeld sudah tidak terlalu ngapa-ngapain lagi. Rezeki, tentu, tidak boleh ditolak. "Orang tidak akan menolak uang. Itu yang membedakan manusia dengan binatang," begitu salah satu kutipan Seinfeld, yang pernah dia utarakan pada 1991.
Dalam beberapa pekan ke depan, saya pasti akan menghabiskan semua episode Seinfeld. Lalu mengulanginya lagi dari awal sampai selesai. Dan sekarang, saya bisa mengagumi "karya besar sitkom" ini dengan kacamata yang berbeda. Lebih bisa melihat kompleksitas guyonan yang ditampilkan. Sambil terus berdecak kagum, bagaimana bisa sesuatu yang dibuat pada 1990-an hari ini masih bisa mendapatkan duit Rp 7 triliun.
Kombinasi tertawa dan berdecak kagum. Jauh lebih baik daripada marah-marah dan geleng-geleng kepala melihat tontonan sepak bola yang kerap dinodai drama-drama tidak masuk logika...(Azrul Ananda)