Poster Ronny Chieng untuk pertunjukan barunya di Netflix, Speakeasy.
Apakah sekarang sudah waktunya? Kalau belum, apakah waktunya sudah dekat? Yang saya pertanyakan bukanlah akhir dari pandemi ini. Yang walau sepertinya sudah mendekati akhir, tetap tidak akan berakhir berhenti begitu saja. Yang saya pertanyakan adalah kapan saat yang tepat untuk mulai bercanda soal pandemi ini.
Kita tidak perlu munafik lah. Kita semua pernah bercanda soal pandemi ini. Meledek pemerintah. Meledek orang yang tidak mau divaksin, atau sebaliknya meledek orang yang mau divaksin. Namun, masih jarang yang berani terang-terangan bercanda soal virus ini.
Saya sendiri masih merasa miris ketika ada yang bercanda soal virus ini. Karena bagaimana pun, saya kenal banyak orang yang kehilangan hidupnya selama pandemi. Saya juga kenal banyak orang yang kehilangan orang dekatnya selama pandemi.
Kenyataan adalah kenyataan. Kehilangan anggota keluarga, kerabat, atau teman adalah sesuatu yang menyakitkan.
Namun, saya juga menyadari. Bahwa pada suatu momen, bercanda soal pandemi akan menjadi sesuatu yang biasa. Seiring dengan berjalannya waktu, orang akan semakin tidak sensitif terhadap situasi ini, dan mulai bisa terbuka menertawakannya. Tanpa tujuan menyakiti orang lain sama sekali.
Bagi saya, cara mendeteksinya adalah dengan mengamati tontonan rutin saya: Standup comedy.
Dulu, butuh lebih dari sepuluh tahun sebelum ada lelucon soal serangan 9/11 di New York. Sekarang, ternyata tidak butuh waktu lama sebelum lelucon soal pandemi bermunculan!
Saya akan mengambil contoh dua komedian. Kebetulan, dua-duanya berdarah Asia, sama-sama asal Malaysia. Yang pertama, Nigel Ng, orang Malaysia yang sekolah di Amerika dan sekarang berkarir di Inggris. Yang kedua, Ronny Chieng, orang Malaysia yang pernah grow up di Singapura dan Australia, sebelum sekarang berkarir di Amerika.
Dari keduanya, Nigel Ng adalah sensasi baru produk pandemi. Video-video Youtube-nya meledak, berkat perannya sebagai Uncle Roger, pria usia 50-an yang suka mengkomplain tentang masakan orang (atau hal lain).
Saking meledaknya, Nigel Ng tahun 2022 ini sedang World Tour. Keliling dunia berbagi lelucon. Mulai dari Inggris, Amerika, Australia, Eropa, juga Asia. Saya sekarang sedang berharap bisa menonton aksinya ketika mampir di Singapura atau Malaysia, pertengahan Juni mendatang.
Beberapa waktu lalu, saat Rusia mulai menyerang Ukraina, Uncle Roger, eh, Nigel Ng mendapat sorotan dunia. Gara-gara dalam salah satu aksi standup-nya, dia mengeluarkan lelucon yang menyenggol kedua hal besar di dunia saat itu: Pandemi dan Rusia-Ukraina.
"Orang sudah tidak peduli lagi dengan Covid. Sejak Rusia melakukan hal tersebut kepada Ukraina, orang tidak lagi peduli dengan Covid. Terima kasih, Putin. Terima kasih. Dia adalah alasan mengapa kita tidak perlu lagi mengenakan masker. Terima kasih Presiden Putin. Uncle Roger pro Rusia, pro Rusia!" ucapnya sambil terkekeh, disambut tawa keras penonton di depan panggung.
Tentu saja, cuplikan itu menuai hujatan. Tidak sensitif sekaligus dalam dua hal. Soal pandemi dan soal Rusia-Ukraina. Khususnya di media sosial.
Dua tiga tahun lalu, cuplikan seperti ini bisa menghentikan karir seorang komedian. Bahkan, petikan cuitan Twitter sepuluh tahun lalu bisa mengganggu karir seorang artis/komedian.
Tapi, dunia sepertinya sudah menjadi lebih dewasa menanggapi kehebohan di media sosial. Bahkan, Nigel Ng dengan berani menanggapi --juga menantang-- hujatan dan ancaman-ancaman itu lewat podcast-nya, juga di YouTube. Dia bilang, sulit untuk menanggapi serius ancaman seseorang, kalau orang tersebut ternyata juga bersembunyi di balik media sosial. Bahkan, menampilkan wajahnya sebagai foto profil saja tidak berani.
Wow. Saya merasa ini benar-benar pertanda kemajuan kedewasaan terhadap pemakaian media sosial. Bahwa segala hujatan dan ancaman itu tidak berlanjut lebih jauh. Haiyaa World Tour yang dia jalani bisa dibilang sukses. Dengan tanggal-tanggal baru dan tambahan show bermunculan di kalender penampilannya.
Asal tahu saja, dalam salah satu video ("weejio") Uncle Roger di YouTube, lewat karakter tersebut Nigel Ng sempat nyeletuk juga: "Segeralah kena covid. Jangan jadi penakut..."
Yang kedua adalah Ronny Chieng. Saya bukan penggemar berat dia. Tapi saya pernah melihat aksinya langsung. Yaitu ketika dia jadi suguhan pembuka pertunjukan Trevor Noah di Singapura, beberapa tahun lalu.
Baru-baru ini, Chieng hadir dalam pertunjukan barunya di Netflix, berjudul Speakeasy. Lokasinya adalah sebuah restoran Tionghoa di China Town New York. Judul itu terinspirasi dari julukan untuk bar-bar ilegal awal dekade 1990-an di Amerika, di saat konsumsi alkohol dilarang keras di Negeri Paman Sam (ya, Amerika pernah melarang total alkohol).
Chieng menampilkan materi-materi khasnya. Menyindir politik Amerika.
Dalam hal ini, Chieng memang tidak mengajak tertawa langsung soal virusnya. Namun, dia mengawali show dengan materi berkaitan dengan pandemi. Khususnya menyindir para penolak vaksinasi, juga para komentator-komentator (para "pembuat podcast") yang ikut cawe-cawe berkomentar soal pandemi dan cara mengatasinya.
"Saya merasa, tahun 2021 adalah tahun di mana orang-orang yang mencapai puncak pencapaiannya di masa SMA, mendapatkan tempat khusus di internet," ucapnya.
Dia menambahkan, orang-orang yang dulu selalu mendapat nilai buruk itu sekarang tiba-tiba jadi yang paling kencang berkoar. Dia menyindir, supaya orang-orang itu tetap saja kembali ke bangku sekolah, duduk di bangku paling belakang. "Biarkan para nerd yang memimpin. Itulah tujuan adanya para nerd," pungkasnya.
Sama seperti Nigel Ng, dalam kesempatan itu Chieng ikut menantang para penghujat. Khususnya penghujat online. Dia tidak takut. "Silakan cancel saya," tegasnya.
Dia bilang, dia pernah merasakan hidup di tiga negara lain (Malaysia, Singapura, dan Australia) di mana layanan kesehatannya lebih murah dan baik. Plus, tidak ada kejahatan senjata api di negara-negara tersebut. Selain itu, keluarganya juga ada di Singapura. "Silakan cancel saya supaya saya bisa bertemu lagi dengan ibu saya," ujarnya.
Chieng menegaskan dia tidak munafik. Ibunya sudah berkali-kali memintanya untuk meninggalkan Amerika. Tapi dia menolak. Alasannya? "Karena (di Amerika-lah) satu-satunya tempat di mana saya bisa bercanda soal kelamin dan mendapatkan banyak uang!"
Bukan hanya itu, gara-gara di Amerika dia bisa mendapatkan peran dalam sebuah film Marvel! Ya, Chieng ikut tampil di film Shang-Chi.
Saya kira, dalam beberapa waktu ke depan, akan makin banyak gurauan-gurauan terbuka terkait pandemi ini. Apakah ini termasuk tidak sensitif? Bisa iya, sekali lagi karena ada begitu banyak orang sudah terdampak, kehilangan keluarga atau kerabat akibat virus tersebut.
Tapi, ada artikel psikologi yang saya baca, yang menyebut kalau bercanda tentang sebuah tragedi/masalah adalah bentuk dari sikap menerima dan membantu kita untuk menatap dan melangkah ke depan.
"Kalau seseorang bisa menghasilkan humor dari sebuah tragedi, maka dia mungkin sudah mampu mengontrol emosinya tentang hal tersebut. Bahkan orang yang didakwa hukuman mati bisa bercanda tentang dirinya sendiri pada jam-jam terakhir hidupnya..." Begitu tulis artikel tersebut. (azrul ananda)